BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Plankton adalah jasad atau organisme yang hidup melayang dalam air, tidak
bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti pergerakan/ arus air.
Plankton yang tergolong fitoplankton adalah jenis plankton yang umumnya beraktifitas
pada pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan fitoplankton merupakan jenis
tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri
dari diatome dan dinoflagellata. (Tahrin, 2009).
Untuk pertumbuhan, manusia memerlukan protein
dalam jumlah yang besar. Agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka manusia
berusaha untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Bahan pangan yang menjadi
sumber protein adalah bahan pangan yang berasal dari hewan, terutama yang
berasal dari ikan. Agar kebutuhan ikan terpenuhi maka dapat dilakukan usaha
budidaya perikanan.
Di Indonesia usaha budidaya ikan sampai
saat ini sudah memperlihatkan suatu keberhasilan dalam meningkatkan produksi
ikan, hal ini disebabkan tersedianya benih yang memadai baik kualitas maupun
kuantitas yang merupakan salah satu syarat untuk keberhasilan usaha budidaya
ikan.
Salah satu masalah yang sampai saat ini
masih merupakan faktor penyebab utama dari kegagalan usaha budidaya perikanan
adalah adanya keterbatasan benih. Benih biasanya tidak sesuai dengan periode
penebaran dan pemanenan, selain itu jumlahnya tidak mencukupi dan harganya
relatif mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dibangun balai
benih ikan agar dapat mensuplay benih ikan seperti yang diinginkan.
Kurangnya benih yang diperlukan untuk
usaha budidaya dapat disebabkan tingginya kematian benih pada tingkat fase
larva, terutama pada saat larva kehabisan kuning telur. Adapun salah satu usaha
untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemberian makanan alami.
Zooplankton merupakan salah satu makanan
alami terbaik bagi anak ikan. Namun demikian tidak samua zooplankton bisa
dijadikan makanan awal yang baik. Adapun makanan alami yang akan digunakan
haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) tidak mengandung racun, 2)
mempunyai ukuran yang lebih kecil dari bukaan mulut ikan, 3) mempunyai nilai
gizi yang tinggi dan dapat dicerna oleh ikan, 4)terapung dan bergerak lambat
sehingga mudah diperoleh dan 5) harganya
murah dan disenangi oleh ikan.
Makanan alami yang dijadikan makanan
hidup bagi anak ikan yang diambil langsung dari perairan umum kurang baik
diberikan secara langsung pada anak ikan. Hal ini disebabkan masih banyaknya
jenis parasit yang ikut tertangkap. Untuk itu sebaiknya dilakukan kultur
tanggal lebih dahulu, sehingga makanan alami yang dikehendaki dapat tepat dalam
jumlah dan waktu.
Untuk mendapatkan benih yang baik dan
bermutu tinggi setiap pembenihan sebaiknya mempelajari sifat dan tingkah laku
ikan serta makanan alami yang digunakan untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Untuk menumbuhkan makanan alami tersebut biasanya dilakukan dengan pemberian
pupuk yang murah di dapatkan dan efesien. Salah satu pupuk yang bisa digunakan
adalah pupuk kandang. Yang dimaksud dengan pupuk kandang adalah kotoran yang
berasal dari hewan ternak.
Selain pupuk
kandang dapat pula ditambahkan pupuk organik cair. Alasan menggunakan pupuk
organik cair karena dapat membantu menjaga kualitas air agar selalu dalam
kondisi baik selain itu mengandung mineral-mineral, protein dan unsure hara
yang dapat menambah nutrisi untuk perkembangbiakan plankton.
1.2.Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a) Mengetahui pengaruh dari penambahan pupuk organik cair pada perkembangan
populasi plankton serta untuk mengetahui dosis yang baik dan cocok untuk
perkembangan populasi plankton.
b) Mempelajari komunitas plankton (fitoplamkton dan
zooplankton) yang terdapat pada wadah budidaya.
c)
Mengukur dan
mengetahui kualitas air( Suhu, pH, DO) yang mempengaruhi komunitas plankton.
d)
menambah
keterampilan dalam penggunaan mikroskop
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian
Plankton
Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengambang,
atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah
terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki
kemampuan aktif berenang bebas, tidak tergantung pada arus air, contohnya :
ikan, cumi-cumi, paus dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada,
menancap, merayap, atau membuat liang di dasar laut, contohnya : kerang,
teripang, bintang laut, karang dll (WordPress, 2009).
Menurut Bornforthesea (2009), plankton adalah organisme yang hidupnya
melayang atau mengambang di daerah pelagik. Namun demikian, ada juga plankton
yang memiliki kemampuan renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi
harian.
Plankton adalah organisme atau makhluk hidup yang halus dan disebut pula
sebagai jasad-jasad renik yang melayang di dalam air. Istilah plankton dari
bahasa Yunani, yang artinya drifting, yaitu berarti plankton hanya dapat
melayang di dalam kolam air, tidak bisa bergerak, dan hanya bergantung pada
kecepatan arus (Adnan, 2003).
2.2.
Pengelompokan
Plankton
a) Berdasarkan
Ukuran
Menurut
Murwani (2009), pengelompokkan plankton berdasarkan ukuran, yaitu:
1.
Megaplankton : plankton
dengan ukuran20-200 cm
2.
Makroplankton : plankton
dengan ukuran 2-20 cm
3.
Mesoplankton : plankton dengan ukuran 0,2-20
mm
4.
Mikroplankton : plankton dengan ukuran 20-200 µm
5.
Nanoplankton : plankton dengan ukuran 2-20 µm
6.
Pikoplankton : plankton dengan ukuran kurang dari 2 µm
b) Berdasarkan
asal
Menurut
Herawati (1984), berdasarkan asalnya plankton dapat dibedakan menjadi :
· Autogenik : plankton yang berasal dari perairan itu sendiri
· Allogenik : plankton yang berasal dari perairan lain
Menurut
Sofa (2006), berdasarkan asal-usulnya, plankton dibedakan menjadi 2, yaitu:
·
Autoplankton :
plankton yang berasal dari habitat tersebut
·
Alloplankton
: plankton yang berasal dari luar habitat tersebut
c) Berdasarkan
Siklus Hidup
Menurut Herawati (1984), plankton juga bisa diklasifikasikan berdasarkan
siklus hidup dari organism tersebut, yaitu :
· Holoplankton :
Holoplankton adalah plankton yang seluruh hidup tidak pernah keluar dari sifatnya sebagai
plankton.
· Meroplankton:
Meroplankton yaitu plankton yang mempunyai karakteristik hanya sementara saja dari siklus
hidupnya bersifat sebagai plankton.
· Tikoplankton :
Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang
sejati karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar sebagai bentos.
Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus
mengembara sementara sebagai plankton.
d) Berdasarkan
Sebaran Horizontal
· Plankton neritik
· Plankton oseanik
e) Berdasarkan Sebaran Vertical
· Epiplankton
Epiplankton
adalah plankton yamh hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 100m.
· Mesoplankton
Mesoplankton
yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400 m.
· Hipoplankton
Hipoplankton
adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400m. Termasuk dalam
kelompok ini adalah bathyplankton yang hidup pada kedalaman lebih dari 600m dan
abyssoplankton yang hidupdi lapisan yang paling dalam sampai 3000-4000m
f)
Berdasarkan Jenis
Makanan
Menurut Herawati (1989), jenis plankton berdasarkan makanannya di bagi 2,
yaitu:
1.
Plankton
tanaman atau nabati disebut phytoplankton. Phytoplankton memiliki klorofil
sehingga memungkinkan untuk melakukan fotosintesis.
2.
Zooplankton
terdiri dari plankton yang makanannya bersifat holozoik, termasuk semua jenis
plankton hewan.
Berdasarkan kemampuan
memmbuat makanan, plankton digolongkan menjadi 2 golongan utama, yaitu
fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton disebut juga plankton nabati adalah
tumbuhan yang hidupnya mengapung/melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil
sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Zooplankton ada yang hidup
dipermukaan dan ada pula yang hidup diperairan dalam. Ada pula yang dapat
melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam kepermukaan. Hampir semua
hewan yang mampu berenang bebas (netton) atau yang hidup (bentos) (Arianti,
1997 dalam Asconiwara, 2009).
2.3.
Klasifikasi
Fitoplankton
a) Phylum Chlorophyta
Menurut
Herawati (1989), ciri-ciri chlorophyta, antara lain :
·
Berwarna
hijau karena proporsi pigmen pada chloroplas jauh lebih banyak.
·
Kebanyakan
bersifat epiphytic sessik, comensalisme, atau simbiotik sebagian besar yang
hidup di danau atau kolam bersifat sebagai plankton di laut, tidak ada yang bersifat pelagik.
·
Dinding
sel sebagian dalam terdiri dari 2 lapisan utama.
·
Sering
menyebabkan blooming perairan.
·
Hidup
melayang pada atau dekat permukaan air.
·
Hidup
secara koloni.
·
Jika mati
menghasilkan bau busuk.
Menurut Alvyanto (2009),
Chlorophyta (ganggang hijau) adalah salah satu kelas dari ganggang yang
sel-selnya bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti).
Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah banyak sehingga ganggang ini berwarna
hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah korotan dan Nantafil.
b) Phylum
Cyanophyta
“ Blooming “ blue green algae biasanya terjadi danau atau kolam yang
sadah, spesies ini muncul pada musim panas sampai awal penghujan spesies tertentu
ditentukan juga pada kolam atau danau dengan kesadahan rendah. Tapi pada
kondisi tersebut, mereka jarang sekali membentuk blooming. Adapun ciri-cirinya
yaitu :
1.
Ganggang
hijau bersel satu
2.
Ganggang
hijau biru berkoloni
3.
Ganggang
hijau biru berfilamen
Menurut
Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri Cyanophyta adalah :
·
Mengandung
warna disebabkan oleh klorofil dan kadang juga oleh pigmen sel serta reaksi warna oleh pseudaracuce.
·
Tidak
mempunyai membran dan nucleolus
·
Reproduksi
secara aseksual.
·
Sering
menyebabkan blooming perairan.
·
Dinding
sel terdiri dari lapisan utama, bagian dalam dan luar
·
Hidup
melayang-layang dekat permukaan air
·
Hidup
berkoloni
·
Jika mati
menghasilkan bau busuk
c). Phylum Chrysophyta
Menurut
Herawati (1989), ciri-ciri Chrysophyta , yaitu :
·
Merupakan
tanaman satu sel
·
Value
mengandung silika
·
Reproduksi
dengan sang pembelahan sel dan pembentukan spesies
·
Reproduksi
seksual dengan pembentukan auxosphora
Chrysophyta / ganggang keasaman memiliki pigmen dominan hasoter berupa
klorofil yang memberikan warna keasaman. Pigmen lainnya adalah yang uniseluler
soliter (contohnya: ochromonas) ada juga yang berkoloni tidak bertogillum dan
ada juga yang multiseluler (Herawati,1989).
d). Phylum Rhodophyta
Menurut
Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri Rhodophyta, antara lain :
·
Hidup di
laut
·
Tubuh bersel
banyak
·
Mengandung
pigmen pikoasilin
·
Bentuk
tubuh seperti rumput laut
Dalam sebagian besar ganggang merah (rhodophyta) telur berupa
phyta/filament bercabang. Namun beberapa species ada yang berbentuk lembaran
seperti porphyta/berbentuk sel tunggal. Beberapa ganggang merah dapat mengapur misalnya
Corallina spp. Plasmoyesmata tampaknya tidak ada. Tapi banyak ganggang merah
multikelula memuat koneksi (The-x,2010).
e). Phylum Dinoflagelata
Phyrhophyta atau ganggang api disebut juga Dinoflagelata karena memiliki
alat gerak berupa flagella. Ganggang ini termasuk dalam calon kingdom Alveolata
dalam sistem klasifikasi tiga dominan. Ganggang ini umumnya bersifat autotrof,
namun ada sebagian spesies yang bersifat heterotrof parasitic (Freaks,2010).
Menurut Sapri (2010), menyatakan bahwa Phyrhophyta berasal dari lautan
(dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar.
Phyrhophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari autotropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga
phagocytiza yang lain.
2.4.
Klasifikasi
Zooplankton
1.
Phylum
Rotifera
Jumlah anggota filum ini
sedikit, merupakan hewan yang berukuran mikroskopis. Rotifera adalah hewan
bersel banyak(setiap species memiliki jumlah sel tertentu). Hewan ini
seringkali menempel di objek yang ada dalam air,dengan mempergunakan “jari
kaki”. Makanan rotifera berupa mikroorganisme yang ada dalam air. Disekitar
mulut terdapat silia yang tersusun secara melingkar (Madical, 2010).
Menurut Timothymalau (2009),
menyatakan bahwa rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara
40-2500mikron, rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas,
solliter,koloni/sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit pada insang
crustacea, telur siput, cacing tanah dan dalam ganggang jenis vaucheria dan
volvox. Biasanya transparan , beberapa berwarna cerah seperti merah atau coklat
disebabkan warna saluran pencernaan.
2.
Phylum
Arthropoda
Arthropoda (dalam bahasa
latin artinya:ruas,buku, segmen, dan podos artinya:kaki) merupakan hewan yang
memiliki ciri kaki beruas , berbuku atau bersegmen. Segmen tersebut juga berada
pada tubuhnya. Tubuh arthropoda merupakan simetri bilateral dan tergolong
tripoblastik selomata (Guru, 2008).
Menurut Black (2010), menyatakan bahwa ciri umum :kaki tampak seperti
bersendi-sendi atau bersegmen –segmen; segmen biasanya bersatu menjadi 2/3
daerah yang jelas. Sebagian hewan itu tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras
(zat kitin) yang berfungsi sebagai rangka luar anggota tubuh bersegmen
berpasangan (asal penamaan arthropoda).
3.
Phylum
Copepoda
Menurut Zeva (2010),
menyatakan bahwa copepoda adalh grup crustacea kecil yang dapat ditemui dilaut
dan hampir semua habitat air tawar dan mereka membentuk sumber tersebar protein
di samudra. Copepoda termasuk zooplankton, dewasanya berukuran antara 1 dan 5
mm dan biasanya dimanfaatkan sebagai pakan larva ikan.
Menurut Sutomo (2003) dalam
Akuakultur (2008), copepoda laut jenis tirgropus brevicornis dapat hidup pada
kisaran salinitas yang cukup luas yakni mulai dari 10-40 ppt, namun pada
salinitas 10 ppt tidak didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian lain
menyatakan bahwa copepoda dapat dikultur dari air laut dengan salinitas 25 – 30
ppt.
2.5.
Parameter
Kualitas Air dan Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton
1.
Suhu
Suhu yang optimal untuk
budidaya plankton berkisar antara 20-24 % walaupun hal ini dapat bervariasi
dengan dekomposisi media budidaya dan mikro alga toleran suhu 16-27 oC.
Suhu dibawah 16 oC dapat menghambat pertumbuhan. Sedangkan suhu 36 oC
adalah mematikan untuk beberapa jenis (Ekawati,2006).
Faktor-faktor yang
mempengeruhi suhu antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude),
waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup awan dan aliran serta kedalaman bahan
air. Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic. Organisme aquatic
mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi
pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh
dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC (Hastun dalam
Effendi.2008).
2.
pH
Kisaran PH untuk budidaya
algae antara 7-9 dalam kisaran yang optimal 8,2 - 8,7. Kegagalan dalam
budidaya algae dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media
budidaya. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan aerasi (Ekawati,2005).
Menurut Chalik (1988), pH
adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air
tersebut, apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 1-14, dan pH
7 adalah netral berarti air tidak bersipat asam atau basa. Bila
materi pH dibawah 7 berarti asam dan bila diatas 7 berarti basa.
3.
Kecerahan
Banyaknya cahaya yang
menembus permukaan laut dan memerangi. Lapisan permukaan laut setiap hari dan
perubahan intensitas dengan bertambah banyak kejelasan
peran yang penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton
(Ramimintarto,2001).
Kecerahan atau kekeruhan air
disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat,lumpur, atau lainnya yang
mengendap dan memisah nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah
pemijahannya dan habitat sebagai organism (Subarjanti,2005).
4.
DO
Apabila sudah terjadi derisiensi oksigen dan kandungan amoniak tinggi,
maka seringkali menyebabkan kematian biota-biota hewani seperti zooplankton,
benthos, maupun ikan yang hidup diperairan tersebut (Subardari,2009).
Oksigen terarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur
pencemaran air. Walaupun oksigen(O2) sulit larut, tapi dibutuhkan
banyak oleh semua jenis organism air. Tahap adanya oksigen tidak ada kehidupan
tanaman dan binatang diperairan (Sutrisno,2009).
BAB
III
BAHAN
DAN METODE
3.1.
Waktu dan Tempat
Pratikum lapang
Planktonologi dilaksanakan pada hari Minggu 3 Maret sampai dengan 20 Maret 2013, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Fakultas Pertanian Universitas
Islam Riau.
3.2.
Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
·
Pupuk kandang
(Kotoran sapi dari BPTP Pekanbaru)
·
Pupuk Organik
Cair (Viterna)
·
Pupuk Organik
Cair (Raja ikan)
·
Pupuk Organik
(Vitsal)
·
Air sumur bor
·
Bibit plankton
dari kolam BBI
·
Tissu
3.2.2. Alat
·
Wadah kultur
(toples berukuran 10 liter sebanyak 12 Buah)
·
Selang aerasi
·
Keran aerasi
·
Batu aerasi
·
Lampu neon
·
Plankton net
·
Pipet tetes
·
pH meter
·
DO meter
·
Termometer
·
Gelas Ukur
·
Mikroskkop
·
Objek dan
Coverglass
3.3. Metode
3.3.1. Prosedur Penelitian
a.
Persiapan Media
1.
Wadah kultur sebelum
digunakan dicuci terlebih dahulu serta disterilkan dengan mencuci dengan air
mendidih.
2.
Apabila sterilisasi
telah selesai dilakukan, wadah kultur tersebut disusun secara acak diatas meja.
3.
Toples kemudian
diisi dengan air dari sumur bor sebanyak 4,5 liter.
4.
Rebus pupuk
kandang dengan dosis 3 gram per liter. Untuk kultur plankton ukuran air 5 liter
didapat :
3 gr x 5 liter x 12 toples = 180 gram
Perebusan
pupuk yang akan digunakan adalah untuk membunuh organisme penggangu yang
terdapat dalam pupuk kandang yang akan digunakan. Setelah dilakukan perebusan,
dilanjutkan dengan pendinginan terhadap air rebusan kotoran yang akan digunakan
selama lebih kurang 15 menit.
5.
Tambahkan Pupuk
Organik Cair Viterna dengan dosis yang berbeda
yaitu : 1 ml/lt ; 1,5 ml/lt ; dan 2 ml/lt masing-masing 3 kali ulangan. Tambahkan
Pupuk Organik Cair Vitsal dengan dosis yang berbeda yaitu : 1 ml/lt ; 1,5 ml/lt ; dan 2 ml/lt
masing-masing 3 kali ulangan. Tambahkan Pupuk Organik Cair Raja ikan dengan
dosis yang berbeda yaitu : 1 ml/lt ; 1,5
ml/lt ; dan 2 ml/lt masing-masing 3 kali ulangan
6.
Bibit plankton
didapat dari air kolam BBI Fakultas Pertaian Universitas Islam Riau.
b. Pelaksanaan
Air
rebusan pupuk kandang tadi dimasukkan
kedalam wadah kultur (stoples) sebanyak 0,5 liter/wadah dan diaerasi. Setelah itu masukkan bibit planton dari
air kolam yang telah disaring dengan plankton net ke dalam masing masing media
kultur dengan volume yang sama.
Pegamatan
dilakukan selama 2 minggu setiap
2 atau 3 hari sekali. Setiap
pengamatan dicatat jenis dan jumlah kepadatan masing masing perlakuan.
3.3.2.
Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air seperti oksigen
terlarut dan pH diukur
pada awal dan akhir penelitian.Untuk
suhu diukur
setiap hari selama penelitian.
Adapun
alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air seperti pH diukur
dengan mengunakan pH meter,
suhu diukur dengan termometer yang dilakukan pengukuranya sebanyak tiga kali
dalam satu hari yaitu pada pagi (08.00 Wib) , siang hari (12.00 Wib), dan sore hari
(17.00 Wib). Oksigen
terlarut diukur dengan menggunakan DO
meter.
BAB
ΙV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari
hasil praktikum didapat
7 jenis phytoplankton yaitu : Oscillatoria
sp, Lyngbya sp, Mycrocystis sp, Selenastrum,Spirulina,Crucigenia,Nitzchia dan
1 jenis zooplankton Moina sp.
4.2. Pembahasan
4.2.1.
Perkembangan plankton
Pertumbuhan plankton di
pengaruhi oleh ketersediaan makanan didalam perairan dan juga pertumbuhan
plankton dipengaruhi oleh unsur hara
yang terkandung di dalam kolam karena unsure hara ini di manfaatkan oleh
phytoplankton untuk mendukung terjadinya proses fotosintesis dan sekaligus
unsure hara merupakan makanan utama bagi phytoplankton. Dari praktek yang telah
dilakukan maka didapatlah hasil pertumbuhan plankton pada kolam percobaan.
Pertumbuhan plankton mulai mengalami pelimpahan padahari kedu itu
dikarenakan unsur-unsur hara yang ada didalam kolam sudah mengalami proses
dekomposisi dengan baik dan menghasilkan makanan yang baik bagi phytoplankton
sehingga phytoplankton dapat berkembang dengan baik pula, dan phytoplankton
dapat menjadi makanan
utama bagi zooplankton. Dengan kata lain didalam wadah percobaan terjadinya interaksi antara satu individu dengan individu lainnya.Dan plankton jenis Microcytis yang dominan
dijumpai . Dengan menggunakan pupuk Organi Cair yaitu Viterna .Dan Plankton
yang sangat jarang dijumpai adalah jenis Nitzchia.
Plankton adalah makhluk (
tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengambang, atau melayang di dalam air
yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus dan juga bergerak
tergantung arus, plankton bergerak hanya menggunakan tentakel-tentakel yang ada
pada tubuhnya, dia bergerak dengan cara memanjangkan dan memendekan
tentakelnya.
Plankton adalah organisme
atau makhluk hidup yang halus dan disebut pula sebagai jasad-jasad renik yang
melayang di dalam air. Istilah plankton dari bahasa Yunani, yang artinya
drifting, yaitu berarti plankton hanya dapat melayang di dalam kolam air, tidak
bisa bergerak, dan hanya bergantung pada kecepatan arus (Adnan, 2003). Saat kita melakukan
praktikum sebaiknya kita mengukur suhu, pH dan amoniak pada masing- masing
perlakuan yang terdapat pada tabel I.
Tabel 1. Pada hari
pertama pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
30,50C
|
ü
|
|
|
|
2
|
31,90C
|
|
ü
|
|
|
3
|
31,50C
|
|
|
ü
|
Tabel 2. Pada hari kedua pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
30,000C
|
ü
|
|
|
|
2
|
32,10C
|
|
ü
|
|
|
3
|
31,50C
|
|
|
ü
|
Tabel 3. Pada hari ke3
penegukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
30,10C
|
ü
|
|
|
|
2
|
31,90C
|
|
ü
|
|
|
3
|
30,70C
|
|
|
ü
|
Tabel 4. hari ke 4 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
29,80C
|
ü
|
|
|
|
2
|
31,80C
|
|
ü
|
|
|
3
|
30,90C
|
|
|
ü
|
Tabel 5. hari ke 5 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
24,10C
|
ü
|
|
|
|
2
|
32,20C
|
|
ü
|
|
|
3
|
31,00C
|
|
|
ü
|
Tabel 6. hari ke 6 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
24,40C
|
ü
|
|
|
|
2
|
31,80C
|
|
ü
|
|
|
3
|
23,50C
|
|
|
ü
|
Tabel
7. Hari ke 7 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
28,60C
|
ü
|
|
|
|
2
|
30,80C
|
|
ü
|
|
|
3
|
24,40C
|
|
|
ü
|
Tabel 8. Hari ke 8 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
25,10C
|
ü
|
|
|
|
2
|
31,30C
|
|
ü
|
|
|
3
|
31,10C
|
|
|
ü
|
Tabel 9. Pada
hari ke 9 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
30,70C
|
ü
|
|
|
|
2
|
32,30C
|
|
ü
|
|
|
3
|
31,20C
|
|
|
ü
|
Tabel 10. Pada
hari ke 10 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
30,40C
|
ü
|
|
|
|
2
|
31,20C
|
|
ü
|
|
|
3
|
31,10C
|
|
|
ü
|
Tabel 11. Pada
hari ke 11 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
30,50C
|
ü
|
|
|
|
2
|
31,30C
|
|
ü
|
|
|
3
|
31,80C
|
|
|
ü
|
Tabel 12. Pada
hari ke 12 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
30,10C
|
ü
|
|
|
|
2
|
30,60C
|
|
ü
|
|
|
3
|
30,30C
|
|
|
ü
|
Tabel 13. Pada
hari ke 13 pengukuran suhu
|
NO
|
SUHU
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
1
|
30,20C
|
ü
|
|
|
|
2
|
31,40C
|
|
ü
|
|
|
3
|
31,80C
|
|
|
ü
|
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari
kotoran ternak, baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan,
ataupun air kencing (urine). Walaupun demikian sepertinya orang-orang
sepertinya enggan membicarakan kotoran cair yang berupa urine ternak. Dalam hal
ini mengumpulkan kotoran padat memang jauh lebih praktis dibanding urin ternak.
Padahal dari segi kadar haranya, urine jauh lebih tinggi dibanding feces.
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena
masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan
masing-masing ternak berbeda-beda. Padahal makanan inilah yang menentukan kadar
hara. Jika makanan yang diberikan banyal mengandung hara N, P dan K maka
kotorannyapun akan kaya dengan zat tersebut.
Selain jenis makanan usia ternak juga menentukan kadar
hara dalam kotorannya. Ternak muda akan menghasilkan feses dan urine yang kadar
harannya rendah terutama N, karena ternak muda memerlukan sangat banyak zat
hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringan tubuhnya. berikut
komposisi unsur hara kotoran dari berbagai jenis ternak.
KOMPOSISI
UNSUR HARA KOTORAN DARI BERBAGAI JENIS TERNAK
|
Jenis Ternak
|
Kadar Hara (%)
|
|||
|
Nitrogen
|
Phospor
|
Kalium
|
air
|
|
|
Sapi
-padat
-cair
|
0.40
1.00
|
0.20
0.50
|
0.10
1.50
|
85
92
|
|
|
|
|
|
|
|
Kambing
-padat
-cair
|
0.60
1.50
|
0.30
0.13
|
0.17
1.80
|
60
85
|
|
|
|
|
|
|
|
Ayam
-padat
-cair
|
1.00
1.00
|
0.80
0.80
|
0.40
0.40
|
55
55
|
Selain mengandung 3 unsur di atas pupuk kandang
mempunyai kandungan unsur hara mikro yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah
yang sangat sedikit. Dan sebaiknya saat kita membicarakan pupuk kandang,
janganlah kita terpatok pada kandungan haranya saja, namun lebih dari itu bahwa
pupuk kandang mempunyai kelebihan lain yaitu semakin memperbanyak dan
beragamnya bakteri positif tanah yang ada pada lahan kita, dimana bakteri
tersebut sebagian adalah bakteri penambat N, P dan K sehingga secara tidak
langsung bakteri-bakteri tersebut akan menyediakan unsur hara bagi tanaman
kita.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada hari
kedua mengalami kelimpahan plankton yang sangat banyak dan pesat sekali
perubahannya ,yaitu plankton jenis Microcytis dengan menggunakan pupuk
Organik cair yaitu Viterna .dan plankton yang dominan ada dari hari 1 sampai
hari 5 adalah Lyngbya sp.Dan plankton yang sangat jarang adalah plankton
jenis Nitzchia .
Jadi ,dapat disimpulkan bahwa pupuk yang sangat
baik untuk perkembangan plankton adalah Pupuk Organik Cair yaitu Viterna dan
pupuk kandang .Dan jumlah plankton yang sangat banyak dari semua keseluruhan adalah plankton jenis Microcytis
dan Lyngbya sp .
Siklus Produksi phytoplankton sangat pendek bila dibandingkan dengan zoo
plankton,akibatnya plankton dapat memperbanyak jumlah secara cepat. Plankton
itu mempunyai sifat yang berbeda dengan jenis lainnya sifatnya yaitu seperti
zooplankton yang sifatnya selalu menjauhi cahaya dan phytoplankton yang suka
mendekati cahaya dan memanfaatkan cahaya tersebut untuk proses fotosintesis,
dan plankton juga mempunyai sifat yang suka hidup di perairan yang kotor.
5.2. Saran
Penulis juga menulis saran pada laporan ini, saran dari penulis yaitu
agar praktek plankton ini lebih sering
lagi di laksanakan bertujuan untuk menambah wawasan lagi tentang
plankton bagi para mahasiswa.agar tercapainya tujuan yang diharapkan. Maka
dengan itu sangatlah di perlukan kritik,saran ataupun nasihat demi mendukung
tercapainya wawasan ilmu yang diharapkan.